Selasa, 30 Juni 2020

Ziarah ke makam ki gede sebayu



Assalamualaikum wr wb .

Dikesempatan yang berbahagia ini, saya akan membagikan sebyah kisah sejarah tentang tokoh yang begitu terkenal di kabuoaten tegal. Dia adalah kigede sebayu. Ia merupakan tokoh terkenal yang sejarahnya yaitu membuay sayembarakan putri cantik demi masjid. Mungkin teman-teman sudah semakin penasaran ya ! 

Ok kalo gitu langsung aja kita baca sejarahnya selamat membaca.

Semoga bermanfaat !!!

Sayembarakan Putri Cantik Demi Masjid

Ki Gede Sebayu begitu teganya mempertaruhkan putrinya yang cantik hanya demi menebang pohon jati raksasa itu bukan karena benci pada anaknya ataupun hanya ingin melepas anaknya agar dinikahkan. Ki Gede Sebayu dengan ikhlas menghadiahkan putri tercintanya hanya demi mendapatkan kayu dari pohon jati itu untuk dijadikan sakaguru bagi Masjid Agung Kalisoka.

Singkat cerita, maka sejak sayembara diumumkan banyaklah para ksatria yang berdatangan untuk unjuk kesaktian guna menebang pohon jati yang dimaksudkan Ki Gede Sebayu. Satu persatu para ksatria tangguh dan perkasa berusaha merobohkan pohon jati itu. Namun, tak seorang pun dari mereka yang mampu menumbangkannya.

Pada saat semua orang hampir putus asa, datanglah seorang pemuda. Ia bernama Ki Jadhug yang mengaku dari Dukuh Sigeblag, Desa Slarang Kidul,  Kecamatan Lebaksiu. Konon Ki Jadhug adalah Jaka Umbaran atau Panembahan Purubaya ketika muda. Putra sulung Panembahan Senapati ing Alaga Mataram ini sedang melaksanakan kewajiban ksatria Jawa untuk lelana. Yakni berkelana demi menajamkan hati dan pikiran. Ki Jadhug mengikuti sayembara akbar tersebut. Dengan susah payah, beliau berhasil juga melaksanakan amanat Ki Gede.

Ia mencabut pohon jati tersebut hingga akar-akarnya ke permukaan tanah. Dan ketika sang pohon jati tercabut, semua khalayak menyaksikan angin kencang yang membantu Ki Jadhug.

“Pekik tahmid dan takbir dari Ki Gede Sebayu mengiringi robohnya sang pohon jati. Akhirnya Panembahan Purbaya menikah dengan puteri Ki Gede Sebayu,” jelas Aziz Hidayatullah, Budayawan dari Slawi, Kabupaten Tegal.

Diuraikan Aziz, kisah itu melegenda di masyarakat Tegal. Dijelaskannya bahwa Tegal merupakan penjelmaan dari sebuah desa yang bernama “Teteguall” termasuk wilayah Kabupaten Pemalang yang mengakui Kerajaan Pajang. 

Ada beberapa sumber mengatakan sebutan teteguall  diberikan seorang pedagang asal Portugis yaitu Tome Pires yang singgah di Pelabuhan Tegal pada tahun 1500 –an (Suputro, 1955). 

Artinya yang memiliki arti tanah subur  yang mampu menghasilkan tanaman pertanian (Depdikbud Kabupaten Tegal, 1984).

Ki Gede Sebayu adalah salah satu orang yang masih keturunan trah darah Majapahit dan menjadi bupati pertama Tegal. Tidak hanya membangun Tegal, namun juga berhasil membangun masyarakat Tegal sehingga mempunyai banyak keterampilan. Atas keberhasilannya ini pula, Ingkang Sinuwun Kanjeng Panembahan Senopati Mataram mengangkat Ki Gede Sebayu sebagai juru Demang setingkat Tumenggung/ Bupati yang kemudian dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Tegal.

Menurut silsilah, Ki Gede Sebayu keturunan darah bangsawan dari Batoro Katong atau Syech Sekar Delima (Adipati Wengker Ponorogo). Ayahnya bernama Pangeran Onje (Adipati Purbalinga). Sejak kecil, Ki Gede Sebayu diasuh oleh eyangnya yaitu Ki Ageng Wunut yang selama hidupnya menekuni Agama Islam. Hal ini membawa dampak bagi perkembangan Ki Gede Sebayu yang tumbuh menjadi anak yang berperilaku ramah dan santun.

Setelah menginjak dewasa, Ki Gede Sebayu oleh ayahnya disuwitakan di Keraton Pajang yaitu Kasultanan Adiwijaya. sebagai prajurit tamtama sehingga Ki Gede Sebayu memperoleh pendidikan keprajuritan dan ilmu kanuragan. Ketika Aryo Pangiri berkuasa menggantikan Kesultanan Pajang, Ki Gede Sebayu pergi meninggalkan Pajang menuju Desa Sedayu. Ki Gede Sebayu mempunyai 2 orang anak yaitu Raden Ayu Rara Giyanti Subhaleksana menikah dengan Ki Jadug (Pangeran Purbaya) dan Raden Mas Hanggawana. Ketokohan Ki Gede Sebayu mulai tampak ketika terjadi perang antara Kerajaan Pajang dan Jipang.

Ki Gede Sebayu bergabung dengan prajurit Mataram bersama Pangeran Benowo untuk menyingkirkan Aryo Pangiri. Ketika itu Ki Gede Sebayu dengan tombak pendeknya menyerang prajurit Pajang sehingga banyak yang tewas dan akhirnya Aryo Pangiri menyerah dan diusir dari Keraton Pajang. Kemudian Keraton pajang diserahkan kepada Pangeran Benowo. Setelah selesai pertempuran (1587), Ki Gede Sebayu dan pengikutnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke arah barat dan sampai di Desa Taji (wilayah Bagelan) disambut oleh Demung Ki Gede Karang Lo.

Kemudian melanjutkan perjalanan ke Banyumas (Kadipaten Purbalingga) untuk ziarah ke makam ayah Ki Gede Sebayu dan akhirnya sampai di Desa Pelawangan kemudian menyusuri pantai utara ke arah barat dan sampailah di Kali Gung (Padepokan Ki Gede Wonokusumo). Kedatangan Ki Gede Sebayu bersama rombongan yang bermaksud “mbabat alas” membangun masyarakat tlatah Tegal disambut gembira oleh Ki Gede Wonokusumo.

1 Mengatur penempatan para pengikutnya sesuai dengan ketrampilan dan keahlian. - ahli kerajinan dan pertukangan ditempatkan di pusat perniagaan dan perdagangan - ahli pertanian ditempatkan di daerah pertanian yaitu dataran rendah dan tinggi - ahli kemasan, ahli tenun (termasuk keluarga Ki Gede Sebayu) .

2 Mencoba membudidayakan pertanian basah (persawahan irigasi) dengan membuat bendungan Kali Gung untuk mengairi persawahan penduduk dengan nama Bendungan Wangan Jimat, selain itu membuat Kali Jembangan, Kali Bliruk dan Kali Wadas yang terletak di Dukuh Kemanglen dengan sebutan Grujugan Curug Mas.

3 Untuk memenuhi kebutuhan rohani, Ki Gede Sebayu membangun masjid dan pondok pesantren di Dukuh Pesantren sebagai tempat kegiatan agama. Di sinilah diajarkan cara membaca Al-Qur’an, pengajian yang mengajarkan kewajiban muslim dalam menjalankan agamanya.

4 Memberikan penamaan terhadap wilayah sesuai dengan kondisi daerah, seperti : Danawarih yang berarti memberi air, Slawi berarti tempat berkumpulnya para satria yang berjumlah selawe atau dua puluh lima yang dalam perkembangannya menjadi pusat kekuasaan (pangreh praja) di Kabupaten Tegal.

Ide dan pemikiran Ki Gede Sebayu memberikan banyak kemajuan bagi masyarakat Para petani dapat memanfaatkan alat-alat pertanian dengan adanya hasil kerajinan pandai besi. Pasar perdagangan semakin ramai karena banyak masyarakat yang memiliki ketrampilan pertukangan kayu, menjahit, pembuatan alat dapur dari tembaga, pertukangan emas dan sebagainya.



      

Sekilas Sejarah

Ki Gede Sebayu adalah salah satu orang yang masih keturunan trah darah Majapahit dan menjadi bupati pertama Tegal. Tidak hanya membangun Tegal, namun juga berhasil membangun masyarakat Tegal sehingga mempunyai banyak keterampilan. Atas keberhasilannya ini pula, Ingkang Sinuwun Kanjeng Panembahan Senopati Mataram mengangkat Ki Gede Sebayu sebagai juru Demang setingkat Tumenggung/ Bupati yang kemudian dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Tegal.

Menurut silsilah, Ki Gede Sebayu keturunan darah bangsawan dari Batoro Katong atau Syech Sekar Delima (Adipati Wengker Ponorogo). Ayahnya bernama Pangeran Onje (Adipati Purbalinga). Sejak kecil, Ki Gede Sebayu diasuh oleh eyangnya yaitu Ki Ageng Wunut yang selama hidupnya menekuni Agama Islam. Hal ini membawa dampak bagi perkembangan Ki Gede Sebayu yang tumbuh menjadi anak yang berperilaku ramah dan santun.

 

Setelah menginjak dewasa, Ki Gede Sebayu oleh ayahnya disuwitakan di Keraton Pajang yaitu Kasultanan Adiwijaya. sebagai prajurit tamtama sehingga Ki Gede Sebayu memperoleh pendidikan keprajuritan dan ilmu kanuragan. Ketika Aryo Pangiri berkuasa menggantikan Kesultanan Pajang, Ki Gede Sebayu pergi meninggalkan Pajang menuju Desa Sedayu. Ki Gede Sebayu mempunyai 2 orang anak yaitu Raden Ayu Rara Giyanti Subhaleksana menikah dengan Ki Jadug (Pangeran Purbaya) dan Raden Mas Hanggawana. Ketokohan Ki Gede Sebayu mulai tampak ketika terjadi perang antara Kerajaan Pajang dan Jipang.

Ki Gede Sebayu bergabung dengan prajurit Mataram bersama Pangeran Benowo untuk menyingkirkan Aryo Pangiri. Ketika itu Ki Gede Sebayu dengan tombak pendeknya menyerang prajurit Pajang sehingga banyak yang tewas dan akhirnya Aryo Pangiri menyerah dan diusir dari Keraton Pajang. Kemudian Keraton pajang diserahkan kepada Pangeran Benowo. Setelah selesai pertempuran (1587), Ki Gede Sebayu dan pengikutnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke arah barat dan sampai di Desa Taji (wilayah Bagelan) disambut oleh Demung Ki Gede Karang Lo.

Kemudian melanjutkan perjalanan ke Banyumas (Kadipaten Purbalingga) untuk ziarah ke makam ayah Ki Gede Sebayu dan akhirnya sampai di Desa Pelawangan kemudian menyusuri pantai utara ke arah barat dan sampailah di Kali Gung (Padepokan Ki Gede Wonokusumo). Kedatangan Ki Gede Sebayu bersama rombongan yang bermaksud “mbabat alas” membangun masyarakat tlatah Tegal disambut gembira oleh Ki Gede Wonokusumo.

1 Mengatur penempatan para pengikutnya sesuai dengan ketrampilan dan keahlian. - ahli kerajinan dan pertukangan ditempatkan di pusat perniagaan dan perdagangan - ahli pertanian ditempatkan di daerah pertanian yaitu dataran rendah dan tinggi - ahli kemasan, ahli tenun (termasuk keluarga Ki Gede Sebayu) .

2 Mencoba membudidayakan pertanian basah (persawahan irigasi) dengan membuat bendungan Kali Gung untuk mengairi persawahan penduduk dengan nama Bendungan Wangan Jimat, selain itu membuat Kali Jembangan, Kali Bliruk dan Kali Wadas yang terletak di Dukuh Kemanglen dengan sebutan Grujugan Curug Mas.

3 Untuk memenuhi kebutuhan rohani, Ki Gede Sebayu membangun masjid dan pondok pesantren di Dukuh Pesantren sebagai tempat kegiatan agama. Di sinilah diajarkan cara membaca Al-Qur’an, pengajian yang mengajarkan kewajiban muslim dalam menjalankan agamanya.

4 Memberikan penamaan terhadap wilayah sesuai dengan kondisi daerah, seperti : Danawarih yang berarti memberi air, Slawi berarti tempat berkumpulnya para satria yang berjumlah selawe atau dua puluh lima yang dalam perkembangannya menjadi pusat kekuasaan (pangreh praja) di Kabupaten Tegal.

Ide dan pemikiran Ki Gede Sebayu memberikan banyak kemajuan bagi masyarakat Para petani dapat memanfaatkan alat-alat pertanian dengan adanya hasil kerajinan pandai besi. Pasar perdagangan semakin ramai karena banyak masyarakat yang memiliki ketrampilan pertukangan kayu, menjahit, pembuatan alat dapur dari tembaga, pertukangan emas dan sebagainya.
 


 

Taraf hidup masyarakat meningkat dengan didukung pembuatan jalan desa, pembangunan rumah penduduk yang dilakukan secara gotong royong , mengatur keamanan secara bersama-sama. Atas keberhasilannya ini pula, Ingkang Sinuwun Kanjeng Panembahan Senopati Mataram mengangkat Ki Gede Sebayu sebagai juru Demang setingkat Tumenggung/ Bupati yang kemudian dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Tegal.
 


Route Makam Ki Gede Sebayu

Ki Gede Sebayu
 dimakamkan di Danawarih, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal. Sekitar 100 meter ke utara dari lokasi Bendungan dan Jembatan Gantung Danawarih. Komplek makam ini dikelilingi tembok putih yang cukup luas. Sedangkan makamnya sendiri berada di tengah-tengah komplek bangunan tersebut. Makamnya dibuat dengan model atap joglo dan dikelilingi tembok kaca dengan ditutupi dengan tirai putih. Makam Ki Gede Sebayu selalu ramai didatangi peziarah ketika menjelang hari jadi Kabupaten dan Kota Tegal seperti Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan Wakilnya, Kepala Dinas, SKPD, sesepuh, dan warga Tegal.  

 Dikutip dari :  https://www.google.com/amp/s/www.laduni.id/post/amp/39246/bersafari-religi-dan-berdoa-di-makam-ki-gede-sebayu-tegal


1 komentar:

Jangan lupa sholat ya !!!