Jumat, 31 Juli 2020
Minggu, 12 Juli 2020
Puisi untuk ibu
Sabtu, 11 Juli 2020
Jumat, 10 Juli 2020
5 kaidah penting
Maqolah imam syafi'i tentang keutamaan belajar
Kamis, 09 Juli 2020
Kenapa Sholat Subuh Suratnya Panjang ???
Kenapa Sholat subuh suratnya panjang ?
Assalamualaikum wr wb.
Salam sahabat muslim dan muslimat semya. Baik pada kesempatan ini akan membahas tentang Kenapa Nabi shallallahu alaihi wa sallam kalau shalat subuh bacaannya suratnya panjang ?, bahkan menurut laporan dari Sulaiman bin Yasar -penduduk Madinah, dan beliau adalah pelayan dari Maimunah Ummul Mu’miniin, salah satu istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam-, Amru bin Salamah Amirul Madinah ketika shalat subuh beliau membaca ayat (surat) yang panjang-panjang, dan Amru bin Salamah adalah orang yang shalatnya sangat mirip dengan shalatnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, begitulah komentar Abu Hurairah atas sosok Amru bin Salamah sebagaimana tercatat dalam hadis yang ditulis oleh Imam an-Nasai dalam kitab sunan-nya dengan sanad yang shahih.
قال أبو هريرة : ما صليتُ وراء أحد أشبه صلاةً برسول الله صلى الله عليه وسلم من هذا (عمرو بن سلمة).
Lebih detail lagi menurut Abu Barzah al-Aslamiy radiyallahu ‘anhu, melaporkan bahwa disaat shalat subuh, Nabi shallallahu alaihi wa sallam membaca ayat antara 60 sampai 100 ayat, begitulah gambaran shalat subuh Nabi shallallhu alaihi wa sallam seperti disebutkan dalam hadis yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam bab Mawaaqitus Shalah (waktu-waktu shalat).
وَكَانَ (النبي صلى الله عليه وسلم) يَنْفَتِلُ مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ حِينَ يَعْرِفُ الرَّجُلُ جَلِيسَهُ وَيَقْرَأُ بِالسِّتِّينَ إِلَى الْمِائَةِ. (رواه البخاري كتاب مواقيت الصلاة)
Artinya :… Dan beliau (Nabi shallallahu alaihi wa sallam) melaksanakan shalat Shubuh ketika seseorang dapat mengetahui siapa yang ada di sebelahnya, beliau (dalam shalat subuh) membaca enam puluh hingga seratus ayat.” (HR. Bukhari Kitab waktu-waktu shalat)
Ada beberapa alasan logis dan syar’iy yang diungkapkan para ulama, kenapa Nabi shallallahu alaihi wa sallam, khususnya untuk shalat subuh lebih panjang atau lebih lama bacaannya daripada 4 shalat fardhu lainnya.
Syeikh Abdullah bin Sholeh al-Fauzan dalam kitab Minhatul Allaam Syarh Bulughil Maram menyebutkan, diantara alasannya adalah ;
1. Untuk memberi kesempatan pada orang yang bangun tidurnya agak telat untuk tetap bisa mendapatkan shalat subuh berjama’ah bersama Imam.
2. Disebabkan shalat subuh hanya dua rakaat, maka bacaannya dipanjangkan.
3. Manusia pada umumnya di waktu subuh masih semangat untuk mendengarkan dan mengambil faidah dari bacaan al-Qur’an, sebab dia baru saja bangun dari tidur atau istirahatnya.
4. Disebabkan yang hadir pada shalat subuh biasanya orang-orang khusus yang sudah bisa istiqomah shalat berjama’ah.
5. Alasan syar’inya, karena shalat subuh secara khusus disebutkan Allah azza wa jalla dalam al-Qur’anul karim adalah shalat yang disaksikan langsung oleh para malaikat.
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَىٰ غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا. (سورة اﻹسراء : ٧٨)
Artinya : Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula) shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS. Al-Isra : 78)
Dalam Tafsir al-Qurthubi saat beliau menafsirkan ayat diatas, dijelaskan alasan kenapa Allah secara khusus untuk shalat fajr atau subuh menyebutnya dengan kata “Qur’anal Fajr”… ???, menurut informasi dari Imam al-Qurthubi yg beliau kutip dari az-Zujaaj, karena dalam shalat subuh bacaan yang porsinya paling banyak, atau paling dominan, adalah bacaan al-Qur’annya. Oleh karenanya penduduk Madinah biasa memanjangkan bacaan shalat subuh, karena dalil diatas ini dan praktek Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Alasan kedua dari pentingnya memanjangkan bacaan al-Qur’an pada shalat subuh adalah ; karena shalat ini disaksikan oleh malaikat siang dan malaikat malam, sebagaimana disebutkan dalam hadis shahih riwayat Imam al-Bukhari.
قال النبي صلى الله عليه وسلّم :… تَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ { إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا } (رواه البخاري باب فضل صلاة الفجر في جماعة)
Artinya : Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :… Malaikat malam dan Malaikat siang berkumpul pada shalat fajar.” Abu Hurairah kemudian berkata, “Jika kamu mau silahkan baca: ‘(Sesungguhnya shalat fajar disaksikan (oleh para Malaikat) ‘ (QS. Al Israa : 78). (HR. Bukhari Bab Keutamaan shalat Shubuh berjama’ah)
Inilah dalil khusus untuk memanjang bacaan shalat subuh yang saya maksud dalam tulisan diatas. Sungguh kuat dalil yang menganjurkan memanjangkan bacaan dalam shalat subuh, meskipun demikian tentu Imam perlu juga memperhatikan ukuran panjangnya bacaan, memanjangkan bacaan dalam shalat subuh sangat dianjurkan dengan catatan selama panjangnya tidak menimbulkan madharat bagi para makmum, dan makmum pun perlu memahami keutamaan memanjangkan bacaan dalam shalat subuh.
Berbeda dengan hari-hari lainnya, khusus untuk hari jum’at, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada saat mengimami shalat subuh, setelah membaca al-Fatihah pada rakaat pertama beliau membaca QS. As-Sajadah, sedang pada rakaat keduanya membaca QS. al-Insaan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الْجُمُعَةِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ الم تَنْزِيلُ (إلى آخر سورة من) السَّجْدَةَ، وَهَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنْ الدَّهْرِ (سورة الإنسان إلى آخر سورة). (رواه البخاري باب ما يقرأ في صلاة الفجر يوم الجمعة)
Artinya : Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat Fajar membaca: “ALIF LAAM MIIM TANZIIL (Surah As Sajadah sampai akhir Surah), dan ‘HAL ATAA ‘ALAL INSAANI HIINUM MINAD DAHRI (Surah Al Insaan sampai akhir surah).” (HR. Bukhari Bab Surah Yang Dibaca Pada Shalat Shubuh Hari Jum’at)
Bahkan dalam hadis riwayat at-Thabrani, dari Abdullah bin Mas’ud r.a disebutkan bahwa Nabi men-dawam-kan (senantiasa melakukan) hal itu, hanya saja hadis riwayat at-Thabrani ini ghairu mahfuzhah (bukan hadis shahih), oleh karenanya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Majmu’ al-Fataawaa mengatakan tidak sepantasnya seorang Imam melakukan hal itu secara dawam atau terus menerus, karena khawatir dianggap sesuatu yang wajib oleh orang awam, padahal membaca QS. As-Sajadah dan al-Insaan pada shalat subuh hari jum’at hukumnya tidak wajib.
Catatan dari Ibnu Taimiyah diatas menegaskan bahwa membaca kedua surat tersebut dalam shalat subuh hari jum’at hukumnya sunnah, dan inilah hukum yang disepakati oleh para ulama. Meskipun demikian para imam dianjurkan untuk sering-sering mengamalkannya, karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam sering melakukannya, walaupun kadang meninggalkannya.
Adalah keliru jika Imam meninggalkan sama sekali mengamalkan sunnah ini, karena Nabi sering sekali melakukannya, padahal beliau memerintahkan supaya kita shalat sebagaimana kita mengetahui bagaimana beliau shalat.
صلّوا كما رأيتموني أصلي. (رواه البخاري كتاب أخبار الآحاد)
Saya masih ingat betul, saat saya menjadi musyrif di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta dari tahun 2001 hingga 2003, salah satu ustadz senior di Persyerikatan Muhammadiyah, Ust. Ibnu Juraimi namanya, kala itu beliau menjabat sebagai Direktur PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah), demi untuk menjaga sunnah ini (membaca QS. As-Sajadah dan QS. al-Insaan), selama tidak ada udzur, beliau senantiasa mengimami shalat subuh hari jum’at di Masjid Madrasah Mu’allimin, padahal jarak rumah beliau dengan madrasah cukup jauh sekitar 7-8 kilometer.
Melalui tulisan ini, saya hendak mengajak siapa saja yang biasa mengimami, khususnya pada shalat subuh di masjid masing-masing, ayo kita berusaha untuk menghapal kedua surah tersebut, tentu untuk kita amalkan di shalat subuh hari jum’at, dalam rangka menyempurnakan ittiba’ kita kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Awalnya sangat mungkin makmum akan merasa keberatan jika belum terbiasa, tapi percayalah secara bertahap makmumpun akan terbiasa dengan amalan ini.
Jangan jadikan kekhawatiran akan adanya makmun yang keberatan, sebagai alasan untuk menutupi kemalasan kita dalam menghapal kedua surah tersebut.
Demikian uraian singkat tentang pentingnya memanjangkan bacaan dalam shalat subuh, semoga bermanfaat.
Kalam Hikmah
_BOLEHKAH MENYEBUTKAN NASAB RASULULLAH ﷺ SAMPAI NABI ADAM ALAIHISSALAM ?_
Qosidah Islami
Sabtu, 04 Juli 2020
Resep Membuat Bolu Pisang kukus Sederhana
- Buat 7/8 porsi :
- ✔10 sdm tepung terigu
- ✔1/4 sdm soda kue
- ✔2 butir telur
- ✔4 sdm margarin
- ✔7/8 sdm gula pasir
- ✔7/8 buah pisang
- ✔secukupnya minyak kelapa
Jumat, 03 Juli 2020
*10 DOA ORANG TUA UNTUK ANAKNYA AGAR MENJADI ANAK YG SHOLEH DAN SHOLEHAH*
Kumpulan link2 akun pribadi
Kamis, 02 Juli 2020
Menghapus kesalahan
Apa yang harus dilakukan ketika Marah
_اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ_Salam Sejahtera Buat kita semuau
Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang bagaimana yang harus kita lakukan ketika sedang marah?
Ok langsung saja kita baca bersama. Selamat membaca !!!
Marah
“Kemarahan adalah emosi yang dihasilkan dari kehidupan. Semua yang hidup pasti memiliki energi marah. Marah itu emosi yang sifatnya universal, bila tidak dikelola dengan baik berpotensi merugikan diri sendiri.”~ Djajendra
Marah itu mudah, tidak perlu sekolah untuk bisa marah, tidak perlu ada syarat apapun untuk bisa marah, tidak perlu ada pelatihan khusus untuk bisa marah. Marah itu emosi yang wajar, dan pasti dimiliki oleh semua mahkluk hidup. Jadi, semua yang hidup pasti bisa marah.
Diri yang sedang marah adalah diri yang sedang kalah dengan realitas yang dihadapinya. Jadi, marah itu ekspresi dari diri yang sedang kehilangan ketenangan dan ketegasan saat menghadapi kenyataan hidup.
Orang-orang yang cerdas emosi pasti menyadari bahaya dari emosi marah. Apalagi marah itu emosi yang sangat mudah terekspresikan, dan secara pasti menimbulkan dampak negatif.
Pentingnya niat
Kata mutiara
Keistimewaan Beristiqomah
Allah SWT sendiri menyebutkan perintah untuk beristiqomah dalam Alqur’an dan begitu juga Rasulullah saw. yang menyebutkan perintah istiqamah tersebut dalam haditsnya. Diantara dalil-dalil yang berhubungan tentang istiqamah adalah sebagai berikut:
- Perintah muslim agar istiqamah yang tertera dalam al-qur'an
Di Dalam Alqur’an pada surat Fusilat ayat 30, Allah Swt berfirman bahwa surga dijanjikan bagi meraka, muslim yang beristiqamah dalam menjalankan ibadahnya. Firman Allah tersebut berbunyi :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS Fushilat : 30)
- Diperkuat juga dengan salah satu hadist Rosul Saw
Firman Allah SWT dalam surat fusilat tersebut juga diperkuat dengan hadits yang dikemukakan Rasul berikut ini. Dalam suatu hadits ketika seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW:
“Ya Rasulullah SAW tolong ajarkan sesuatu kepadaku yang paling penting dalam islam dan saya tidak akan bertanya lagi kepada siapapun. Nabi menjawab: “Katakanlah aku beriman kepada Alah, kemudian istiqomah (Konsisten menjalankan perintahnya dan mejauhi larangan).
Keutamaan Beristiqomah :
1. Dimudahkan rizkinya
Dalam suatu ayat dalam Alqur’an Allah berfirman bahwa seorang muslim yang tetap istiqomah dijalannya akan selalu dimudahkan dan dilapangkan rizkinya oleh Allah SWT.
وَأَنْ لَوِ اسْتَقَامُوا عَلَى الطَّرِيقَةِ لَأَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا
2. Ditunjukkan jalan yang lurus
Hidup di dunia ini pastinya banyak hal yang akan menjadi hambatan dan rintangan agar tetap beristiqomah di jalan Allah SWT. Walaupun demikian, seseorang yang beristiqomah tentunya akan diberikan jalan yang lurus agar tetap dapat beribadah dan beriman kepada Allah SWT sampai akhir hayatnya.
Istiqomah sendiri artinya adalah lurus, tegak atau didalam bahasa bakunya konsisten. Berikut ini adalah Arti Istiqomah Menurut Para Ulama
3. Diberikan rasa aman dan diangkat kesedihannya
Allah akan memberikan rasa aman dan damai pada meraka, orang yang selalu beristiqomah dan tetap berada dijalan Allah SWT. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Qur’an surat Fusilat ayat 30 yang telah disebutkan sebelumnya.
Berdasarkan pendapat dari Tafsir ‘Aisar, makna dari istiqomah adalah orang-orang yang benar-benar meyakini akan kebenaran dari Islam itu sendiri dengan tidak pernah menukarkan kepercayaan lain. Juga suatu sikap konsisten di dalam melaksanakan ibadah serta menjauhi kemungkaran, maka Malaikat pun akan turun kepadanya sebanyak dua kali.
Seseorang yang di dalam dirinya berpegang teguh kepada sifat istiqomah, maka ia akan senantiasa kokoh di dalam menjaga aqidah mereka. Dan tidak pula akan goyah dari sisi keimanannya dalam menjalani berbagai tantangan kehidupan. Sehingga meskipun kantong seseorang kering ataupun sedang tebal, serta dicaci maki ataupun dipuji mereka akan senantiasa konsisten dan tidak akan roboh dari sisi keimanan.
Sungguh begitu luar biasanya orang yang beristiqomah. Dan kita sebagai muslim juga diharuskan senantiasa dalam menjaga istiqomah kita. Agar kita mendapatkan karomah dari istiqomah yang kita lakukan setiap harinya.
Berawal dari bangun tidur lalu berwudu dan sholat malam sambil berdo'a menunggu solat subuh tiba .hingga mengikuti solat subuh berjamaah setiap harinya maka akan terbiasa. Walaupun awalnya akan kesulitan karena belum terbiasa. Begitu juga dengan sholat-sholat lainnya diusahakan beristiqomah dalam menjaga agar tetap menjalankan sholat berjamaah terutama bagi kaum laki-laki. Karena besarnya keutamaan dalam sholat berjamaah berbanding 27derajat dari pada sholat sendiri yang hanya mendapatkan 1 derajat saja.
Mudah-mudahan artikel singkat ini memberikan kemanfaatan kepada semua dan menjadikan kita setelah membacanya supaya lebih giat lagi dalam beribadah. Syukur-syukur bisa diistiqomahkan. Semoga bermanfaat .
Wassalamualaikum wr wb.